Selasa, 01 Desember 2009

Foto Bapa

History


SEJARAH SINGKAT TARUNG DERAJAT

- AKU RAMAH BUKAN BERARTI TAKUT

- AKU TUNDUK BUKAN BERARTI TAKLUK.

Salam persaudaraan , BOX !

JADIKANLAH DIRIMU OLEH DIRI SENDIRI !

Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT dideklarasikan kelahirannya dibumi persada Indonesia tercinta, di Bandung 18 Juli 1972 oleh peciptanya seorang putra bangsa yaitu Guru Haji Achmad Dradjat yang memiliki nama julukan dengan panggilan Aa Boxer. Nama panggilan Aa Boxer diterapkan dan melekat pada diri Achmad Dradjat, setelah dirinya mampu dan berhasil menggunakan dan menerapkannya Seni Pembelaan Diri karya ciptanya didalam berbagai bentuk perkelahian, dimana butuh dan harus BERKELAHI atau BERTARUNG dalam rangka BERJUANG untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menegakan kehormatan dan membela kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari selaras dengan kodrat hidupnyanya.

Jadi sebenarnya keberadaan Tarung Derajat itu adalah identik dengan perjalanan & perjuangan G.H.Achmad Dradjat yang juga dikenal dengan julukan Aa Boxer dan kini bergelar “SANG GURU TARUNG DERAJAT”.

Perjalanan & Perjuangan hidup Achmad Dradjat dimulai sejak kelahirannya diatas muka bumi ini, Sang Guru Tarung Derajat dilahirkan di Garut 18 Juli 1951 dari pasangan Bapak dan Ibu H.Adang Latif dan Hj.Mintarsih dalam suasana sedang terjadi pertempuran melawan Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan kelompok Darul Islam (D.I), dalam penyerangan tersebut kedua orang tua Achmad Dradjat sebagai Aktivis Pejuang Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang setelah pasca Keemerdekaan menjadi anggota Polisi Istimewa, menjadi salah satu sasaran operasi dari penyerangan Gerombolan tersebut. Berkat kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dapat selamat dari peristiwa itu dan saat itulah Sang Guru lahir dalam keadaan sehat, ditengah kejaran para pemberontak. Peristiwa tersebut telah mengilhami kedua oranng tua Sang Guru memberikan nama DARAJAT (DRADJAT / DERAJAT), yang berarti Berkat yaitu suatu Rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang membawa atau mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia, seperti keselamatan dan kesehatan hidup atau kesejahteraan hidup atau juga sebagai harkat dan martabat hidup manusia. Sejalan dan seiring dengan nilai-nilai riwayat Perjalanan & Perjuangan hidup yang dilakukan Sang Guru Achmad Dradjat alias Aa Boxer dalam menciptakan dan melahirkan Ilmu Bela Diri secara Alami, Mandiri, dan Tersendiri serta kejadian-kejadian hidup yang terjadi selalu dinikmati dengan totalitas berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tindakan-tindakan yang Realistis dan Rasional, dari hasil perjuangan hidup PRIBADI seperti itu, mencuat sebuah nama untuk diterapkan pada Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri Karya Ciptanya, yaitu : “TARUNG DERAJAT.” (Tarung, Bertarung adalah Berjuang dan Derajat adalah Harkat martabat kemanusiaan)

Pada usia balita Achmad Dradjat pindah ke Bandung mengikuti perjalanan dinas kedua orang tuanya, tinggal di kawasan Tegallega suatu daerah yang keras dan berpenduduk sangat heteorogin dengan segala perilaku hidupnya yang dinamis. Situasi dan kondisi seperti itu sangat ditunjang dengan keberadaan sebuah lapangan sangat luas yang beraktivitas hampir 24 jam , berbagai macam bentuk kegiatan hidup terjadi dilapangan tersebut, seperti: berbagai kegiatan olah raga, perkealahian masal antar kelompok pemuda remaja, pemerasan, perampokan perjudian, pelacuran, dlsb yang berbau kriminalitas dan kemaksiatan serta dalam waktu-waktu tertentu bisa dan biasa juga dipakai untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya oleh seluruh kalangan masyarakat Bandung khususnya dan apabila sesuatu tindak kekerasan terjadi, tidak jarang masyarakat setempat yang berperilaku hidup baik-baik kerap menjadi korban tindak kekerasan, kejadian tindak kekerasan tersebut tidak terkecuali sering juga dialami oleh sosok remaja Achmad Dradjat.

Bagi Achmad Dradjat yang sejak masa anak-anak mempunyai postur tubuh lebih kecil dibanding dengan sesama anak lainnya dan sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak bola dan beladiri, selain itu dirinya yang berkarakter berani dan ulet, menjadikan hidup dan dibesarkan dilingkungan seperti itu memiliki arti dan tantangan yang tersendiri.

Berbekal didikan Akhlak Budi pekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara ketat dan berdisiplin sejak masa kecil. Aa, demikian dipanggil dalam lingkungan keluarganya (Aa adalah suatu panggilan dalam bahasa daerah sunda bagi anak laki yang tertua atau yang dituakan) mulai memasuki lingkungan yang keras, bermacam cara datang dan terjadi perekelahian antar kelompok maupun perorangan, pemerasan serta berbagai bentuk tindak kekerasan lain.

Dalam lingkungan demikian sifat pemberani dan keinginan menolong teman yang dimilikinya, seringkali membuat Aa mengalami berbagai tindak kekerasan, perklelahian demi perkelahian harus ia lalui walau lebih sering kalah dari pada menangnya, dengan segala keuletan yang didasari oleh hasil didikan Akhlak dan ajaran Agama yang terus melekat, dirinya mampu meng hadapi dan mengatasi berbagai rintangan hidup setahap demi setahap secara pasti, hingga pada usia 13 tahun tindak kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda remaja dan manusia lain yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab nyaris merenggut jiwanya.

Bagaimana tidak, peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan yang dialaminya itu terjadi ditengah keramaian orang-orang yang hanya bisa menjadi penonton dan sebagian lainya hanya mampu menjadi penganiaya, dalam keadaan seperti itu Achmad Dradjat dituntut harus mampu bertahan hidup dalam kesendirian, bukan mempertahankan diri sampai lupa diri. Sesungguhnya dari kenyataan peristiwa tersebut sangat disadri hanya kerena Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menghendaki nasib lain sehingga Aa dapat terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.

Kejadian serupa terjadi dialami Achmad Dradjat pada saat belajar latihan beladiri secara resmi sebagai anggota suatu perkumpulan beladiri, dalam peristiwa tersebut dirinya dipaksa untuk berkelahi menggunakan teknik yang berlaku di beladiri itu sendiri melawan anggota senior yang bertubuh jauh lebih besar, dengan demikian Achmad Dradjat yang baru belajar dasar-dasar teknik perkelahian tidak mampu berbuat banyak selain bertahan diri, disaksikan anggota senior lain, pelatih dan guru besarnya yang ada diruang latihan lainnya. Achmad Dradjat dengan teknik yang terbatas tadi seluruh badannya penuh dengan luka memar, namun demikian tidak ada fikiran dan rasa dari penyaksi termasuk guru besarnya untuk bertindak, menghentikan dan menyelamatkan perkelahian. Dalam kesendirian sosok remaja Achmad Dradjat kembali harus berjuang diri mempertahankan keselamatan dan kesehatan hidupnya.

Dari perkelahian ke perkelahian itulah Achmad Dradjat secara alami dirinya tertempa dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup yang keras dan dari kerasnya kehidupan yang dialami sifat fisik dan sikap mentalnya terbina dan terbiasa untuk menerima kenyataan hidup secara realistis dan rasional. Kemampuan itu dimiliki karena pada dasarnya, setiap mahluk hidup telah dibekali kemampuan gerak reflek untuk bertahan hidup. Fikiran , rasa dan keyakinan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya dan terbayangi sepanjang usia, baik kejadian itu berupa musibah maupun anugerah, pengalaman tersebut pada dasarnya adalah bagian dari proses pembelajaran dan pelatihan otot, 0tak serta nurani untuk menentukan arah hidup yang lebih baik menuju pada kehidupan yang benar selaras dengan kodratnya.

Berbagai macam kejadian dan pengalaman hidup yang terjadi dalam lingkup pembelaan diri yang berasal dan mengandalkan dari gerak reflek dan dorongan naluri ,insting atau garizah yang terus terjadi secara berulang tersebut, mengasah otot, otak serta nuraninya untuk terbiasa menghadapi berbagai ancaman dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup, yang berupa menjaga keselamatan dan kesehatan diri, menegakkan dan mempertahankan kehormatan serta membela kemanusiaan.

Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan jurus dibentuk dan diuji dari perkelahian. Proses ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental dengan cara yang tersendiri dan mandiri. Gerakan tubuh yang kemudian menjadi jurus ini, seluruhnya didasari gerak reflek yang alamiah.

Dari penempaan praktis ini gerakan tubuh yang tercipta manjadi sangat efektif bagi suatu pembelaan diri. Gerakan dan jurus serta metode latihan didasari kemampuan alamiah. Semua ini sebenarnya dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa dikembangkan secara mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup Tarung Derajat “Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri.”

Hingga menginjak usia pemuda remaja, Achmad Dradjat telah menunjukan kemampuaan dan keunggulan dalam menghadapi berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Achmad Dradjat juga menularkan kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat lain yang membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi “Guru.” Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda utama resminya kelahiran Ilmu Olah Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad Dradjat.

Gelar “SANG GURU” menjadi sebuah panggilan kehormatan dan penghargaan sekaligus sebagai Saripati Jati Dirinya dari apa yang diperjuangkannya dalam menciptakan ILmu Olah Raga Seni Pembelaan Diri TARUNG DERAJAT bagi murid-murid dan Perguruan Pusat Tarung Derajat.

Profil Tarung Derajat

MENGENAL TARUNG DERAJAT.

AKU RAMAH BUKAN BERARTI TAKUT

AKU TUNDUK BUKAN BERARTI TAKLUK.

BOX ! SALAM PERSAUDARAAN.

TARUNG DERAJAT itu Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri yang memiliki ciri khas dan kemandirian tersendiri, seperti Sistem Pembelaan Diri Reaksi Cepat yang Praktis dan Efektif dengan gerak anggota tubuh yang Realistis dan Rasional. Hal itu adalah, Logika dan Tindakan Moral yang memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani untuk digunakan terutama pada upaya Pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan hidup, seperti Menghindari dan mempertahankan diri dari segala bentuk tindak kekerasan yang merusak derajat moral kemanusiaan dan Menghormati persamaan hak dan kewajiban dalam pergaulan umum dimanapun berada, serta Pencegahan dan Pemulihan penyakit fisik dan mental yang menumbuhkan kerusakan pada tatanan kehidupan, misalnya: Persaingan hidup dan Keserakahan.

Senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani tersebut berasal dan diperoleh antara lain, yaitu dari: Didikan Akhlak budipekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan oleh kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara berdisiplin sejak masa kecil, dari gerak reflek anggota tubuh dan bagian penting lainnya yang alami sebagai bagian dari kelengkapan hidup bawaan lahir yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana kepada setiap mahluk hidup ciptaannya yaitu suatu kemampuan gerak alami mempertahankan diri untuk bertahan hidup dari sesuatu bahaya yang mengancam kehidupannya, antara lain: Naluri, Insting dan Garisah, serta dari hasil terapan Pengalaman Hidup lainnya yang menjadi magnit dan pendorong yang kuat untuk membangun sendiri secara mandiri suatu cara mempertahankan dan menahan diri yang tersendiri dan bermanfaat dalam penyelenggaraan KEHIDUPAN selaras dengan Kodratnya. Sebelum senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani melekat pada seluruh Anggota Tubuh beserta bagian-bagiannya dan dijadikan sebagai alat untuk Pembelaan Diri, haruslah difikirkan, dirasakan dan diyakini akan keamanan dan keampuhannya. Untuk menjamin hal itu senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani tersebut harus melalui serangkaian Proses Uji tentang Daya Serang dan Daya Tahan , Sifat Fisik dan Sikap Mental serta Khasiat dan Manfaatnya, sehingga dapat ditentukan bentuk Teknik, Taktik dan Strategi Mempertahankan dan Menahan Diri yang paling patut dan sangat pantas untuk diciptakan secara khusus dan diterapkan melalui cara yang tersendiri dalam arena kehidupan sehari-hari untuk ditumbuh kembangkan serta diorganisir dengan pola hidup yang mandiri dan alamiah. Pada penciptaan dan penerapan selalu dilakukan penelitian dan ketelitian mutu teknik, taktik dan strategi untuk menjamin agar alat pembelaan diri dapat dikuasai dengan mutu terjamin dan dapat digunakan sesuai dengan derajat kebutuhan dan peruntukannya.

Fikiran, Rasa dan Keyakinan tentang Hikmah yang terkandung dibalik terjadinya kejadian – kejadian hidup yang mengguncang perasaan batin

TARUNG DERAJAT (TARUNG DRADJAT), adalah Logika dan Tindakan Moral yang memanfaatkan Senyawa Daya Gerak Otot - Otak serta Nurani untuk digunakan terutama pada upaya PEMBELAAN DIRI yaitu Pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan Hidup, seperti Pencegahan dan Pemulihan Penyakit fisik dan Mental serta mempertahankan dan menahan diri demi tegaknya kehidupan yang bermartabat.

Senyawa Daya Gerak Otot - Otak serta Nurani tersebut berasal dan diperoleh dari: Didikan Akhlak Budipekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan oleh kedua Orang tua dan melekat secara terpelihara sejak masa kecil, dari Reflek Gerak Tubuh alami sebagai bagian dari kelengkapan hidup yang di Anugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap mahluk hidup ciptaannya, antara lain: Naluri, Insting, dan Garisah, serta hasil dari terapan Pengalaman hidup sendiri.

Sebelum senyawa diserap dan meresap serta melekat pada setiap gerak anggota tubuh kemudian digunakan sebagai Alat untuk Perlindungan diri, haruslah di Fikirkan, di Rasakan dan di Yakini akan Keamanan dan Kemanfaatannya, untuk menjamin hal itu Senyawa Daya Gerak Otot - Otak serta Nurani, harus melalui rangkaian Proses UJI, tentang: Khasiat, Daya Tahan dan Serang, serta Sifat Fisik dan Sikap Mentalnya, sehingga dapat dibangun bentuk dari pada Sistem Pembelaan Diri yang paling Realistis dan Rasional serta sangat Praktis dan Efektif untuk menyikapi dan menjawab kejadian dan tantangan hidup yang merusak harkat martabat atau derajat kemanusiaan dan tatanan kehidupannya.

Berbagai macam cara, upaya dan pengorbanan dilakukan didalam membangun system teknik, taktik dan strategi pertahanan dan ketahanan diri ini, perjuangan hidup tersebut terkordinasi dalam tahapan proses pembelajaran dan pemberlatihan olah gerak anggota badan beserta bagian-bagian pentingnya, seperti: bagian kepala, tangan, kaki dan perangkat tubuh lainnya dalam bentuk gerakan yang sesuai dengan fungsi dari pada anggota tubuh tersebut, misalnya Pukulan , Tendangan , Hindaran , Tangkisan , Bantingan dan Kuncian serta gerak tubuh lainnya yang terkait dalam kepentingan gerakan beladiri. Pada penerapannya yang dipraktekan langsung dalam kehidupan sehari-hari dimana diperlukan dan butuh berkelahi guna menyelamatkan kelangsungan hidup, menegakkan kehormatan dan membela kemanusiaan serta sambil menguji kemampuan hasil belajar dan berlatih diri sendiri. Dan sesungguhnya kebiasaan berkelahi tersebut menjadi bagian dari proses penempaan fisik dan mental yang sangat memiliki pengaruh pada pembentukan jati diri seni Pembelaan Diri ini dari perkelahian jalanan ini pula kemudian dikenal istilah TARUNG BEBAS yang kemudian menjadi salah satu cirri khas dari Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri ini.

“TARUNG DERAJAT.yaitu : “ Ilmu Olah Raga Seni Beladiri yang memanfaatkan Senyawa daya gerak Otot – Otak serta Nurani didalam Pembelajaran dan Pemberlatihan Gerak seluruh anggota tubuh beserta bagian-bagian pentingnya, antara lain Kepala, Tangan, Kaki dengan segala keinderaannya didalam lingkup Proses penempaan fisik dan Mental dalam rangka menguasai dan menerapkan 5 unsur Daya Gerak Moral, yakni: Kekuatan-Kecepatan-Ketepatan-Keberanian dan Keuletan, dalam Teknik, Taktik dan Strategi Mempertahankan dan Menahan Diri yang Agresif dan Dinamis pada bentuk Pukulan, Tendangan, Hindaran, Kibasan, Bantingan, Kuncian serta gerak Bertahan Menyerang lainya yang Praktis dan Efektif, bagi suatu Pembelaan Diri yang Realistis dan Rasional “. Pada proses pembentukan dan penerapan selalu dilakukan pengkajian Derajat teknik, taktik dan strategi pertahanan dan ketahanan diri untuk menjamin agar Sistem Pembelaan Diri

terserap dan melekat pada anggota tubuh dengan Derajat terjamin serta dapat digunakan dalam arena Kehidupan sehari-hari sesuai dengan peruntukan dan kepentingannya.

Tarung Derajat dilahirkan di Bumi Persada Indonesia tercinta di kota Bandung Jawa Barat pada tanggal 18 Juli 1972, yang ditandai dengan Ikrar pendirian Perguruan Pusat Tarung Derajat oleh Sang pendiri tunggalnya, yaitu Pencipta Tarung Derajat bernama : ACHMAD DRADJAT yang akrab dipanggil dengan nama sebutan “AA BOXER”. Nama sebutan tersebut diterapkan dan terpatri pada Sang Guru Achmad Dradjat untuk menandai dirinya sendiri yang telah mampu dan berhasil meraih tahapan awal dari suatu proses Perjuangan panjang, antara lain: Melakukan perlawanan diri terhadap suatu Tindak Kekerasan Fisik yang mengancam Keselamatan dan kesehatan hidupnya, tindak perlawanan tersebut dilakukan dengan kemampuan fisik yang terbangun dan dibangun dari hasil proses Renungan dan Pelatihan diri .

KEHIDUPAN pada Hakekatnya, adalah merupakan Interaksi antara Manusia dengan Alam semesta, Manusia dengan Lingkungannya, Manusia dengan Manusia lainnya, Manusia dengan Dirinya sendiri, serta Manusia dengan Tuhannya.

Selaras dan sejalan dengan Hal-hal diatas tadi, adalah sosok Guru Achmad Dradjat seorang putra bangsa Indonesia yang akrab dengan nama panggilan AA BOXER. Sejak usia remaja 13 tahun Berjuang Diri mencari dan menggali sendiri secara mandiri, untuk memiliki dan menguasai Sesuatu Hal yang Khas dan tersendiri, guna Menyelamatkan dan Menyehatkan Kelangsungan Hidupnya.

Kehidupan masa kecil Sang Guru Achmad Dradjat yang mempunyai postur tubuh Lebih Pendek dan kurus bila dibanding dan ditandingkan dengan anak-anak sebayanya yang berumur rata-rata sama, kelebihan badan luarnya itu terimbangi dengan sifat dan sikap bawaan hidup yang Berani dan Ulet serta selalu Realistis dan Rasional dalam Berkehidupan. Hidup dan dibesarkan disuatu tempat tinggal yang peri kehidupan masyarakatnya sangat keras dan heteorogin,

terimbangi yang lebih itu adalah Suatu Ilmu Olah Raga Seni Bela Diri, yang dinamakan “ TARUNG DERAJAT “. memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani untuk digunakan terutama pada upaya menguasai dan menerapkan 5 (Lima) Unsur Daya Gerak Moral , antaralain : Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian dan Keuletan, pada Sistem Mempertahankan dan Menahan Diri

Bermacam cara , upaya dan pengorbanan dilakukan dalam kesendirian oleh Achmad Dradjat dan secara mandiri serta tersendiri pula mencari dan menggali suatu cara , tempat dan sarana , prasarana lainnya yang Praktis dan Efektif untuk suatu Penempaan diri , hal itu dikerjakan sejalan dengan penyelenggaraan hidup sehari-hari ditengah kerasnya Kehidupan yang ditapakinya dari saat ke saat semasih hidup pada masanya , seiring dengan bergulirnya sang waktu Perjuangan hidup pribadi Achmad Dradjat yang syarat mengalami berbagai Tindak Kekerasan dan diwarnai bermacam Perkelahian fisik dan mental yang menguras Tenaga ,fikiran dan Perasaan yang terjadi secara alami maupun terprogram baik yang disebut perkelahian jalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya saat berlatih Beladiri lainnya pada upaya uji banding dan tanding dengan cara bela diri yang sedang dibangunnya.: “ ILMU OLAH RAGA SENI BELA DIRI “ ( Ilmu adalah Pengetahuan, Kepandaian atau Keterampilan - Olah adalah Mengolah, Menggodok atau Menempa dan Raga adalah badan dengan seluruh perangkatnya atau wadah dari jiwa - Seni adalah Kesanggupan akal fikiran untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi dan bermanfaat atau Karya yang diciptakan dengan Kemampuan luar biasa – Bela adalah Membela, Menjaga, Merawat, Menahan, Memelihara dan Diri adalah Sendiri, orang yang terpisah dengan orang lain atau Pribadi yang Mandiri).

Pada Proses Pembentukan dan Pembangunan System serta Pola dan Penerapan Teknik, Taktik dan strategi Ilmu Olah Raga Seni Bela Diri tersebut, setiap saat selalu dilakukan Pengujian dan Pengkajian Derajat kemampuannya secara terus menerus dan bertahap untuk menjamin, agar CARA Mempertahankan dan Menahan Diri ini dapat dikuasai dengan baik dan terjamin Keamanan dan Keampuhannya serta dapat dipakai sesuai dengan peruntukan dan kepentingan didalam memangku Kehidupan diatas muka bumi selaras dengan Kodrat Nya.

Sejalan dengan Perjuangan Hidup yang dilakukan Sosok diri Achmad Dradjat yang Konsisten dan Konsekwen dengan segala resiko Perjuanganya

Filosofi

TARUNG DERAJAT

DEFINISI :

Tarung Derajat itu adalah Ilmu Olahraga Seni Pembelaan Diri yang memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani. Didalam proses pembelajaran dan pemberlatihan gerak seluruh anggota tubuh beserta bagian bagian penting lainnya untuk memiliki dan menerapkan 5 (lima) unsur daya moral, yaitu : Kekuatan – Kecepatan – Ketepatan – Keberanian dan Keuletan pada Sistem Teknik – Taktik dan Strategi Ketahanan dan pertahanan diri yang dinamis dan agresif dalam bentuk Pukulan, Tendangan, Bantingan dan Kuncian, serta mampu digunakan secara Praktis dan Efektif terutama pada upaya Pembelaan Diri .

HAKEKAT TARUNG DERAJAT :

Tarung Derajat itu adalah Ilmu Olahraga Seni Pembelaan Diri yang memanfaatkan Senyawa Daya Gerak Otot, Otak serta Nurani secara Realistis dan Rasional, didalam proses pembelajaran dan pemberlatihan gerakan-gerakan seluruh anggota dan organ tubuh serta bagian-bagian penting lainnnya, dalam rangka memiliki dan menerapkan 5 (lima) unsur daya moral, antara lain yaitu : Kekuatan – Kecepatan – Ketepatan – Keberanian dan Keuletan, yang melekat dengan Dinamis dan Agresif dalam suatu Sistem Ketahanan / Pertahanan diri serta Pola Teknik, Taktik dan Strategi Bertahan menyerang yang Praktis dan Efektif bagi suatu Pembelaan Diri. Untuk digunakan terutama pada upaya Pemeliharaan Keselamatan, Kesehatan dan Kesempatan Hidup sebagai Manusia yang berhakekat, seperti mampu menghindari dan menjauhkan sikap hidup permusuhan dan kesombongan, pencegahan dan pemulihan penyakit fisik dan mental, serta mampu mensyukuri kehidupan dan berbuat amal kebaikan bermanfaat bagi kemanusiaan.

Senyawa Daya Gerak Otot, Otak serta Nurani di atas tadi berasal dan diperoleh dari proses Fikiran Rasa dan Keyakinan atas dan tentang berbagai macam sifat, motif dan bentuk serta cara datang kemudian menerima dan menyikapi serta menjawab peristiwa-peristiwa terjadinya suatu kejadian hidup yang dialami dan teralami sendiri di dalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang garapan hidup yang ditekuni secara Realistis dan Rasional pada setiap tatanan ruang lingkup, tataran dan tingkatan kehidupan yang diganti selaras dengan adab-adabnya dalam rangka berinteraksi hidup keluarga, masyarakat, hingga bernegara dan berketuhanan YME. Pengalaman tersebut bergulir secara alamiah dari waktu ke waktu sejak masa kecil bergerak sepanjang hayat.

Rangkaian dari suatu proses pengalaman hidup tersebut ditata dalam bentuk paduan imajinasi yang sarat dengan hasrat perjuangan dan kerja keras untuk merubah nasib, tertata dalam bentuk paduan kreativitas. Paduan imajinasi menyatu dengan paduan kreativitas melahirkan suatu tindakan hidup yang praktis dan efektif. Dan tindakan moral yang dilakukan dengan konsisten pada setiap menghadapi tantangan dan tuntutan hidup, merefleksi dalam paduan Keberanian Moral.

PRINSIP TARUNG DERAJAT :

JADIKANLAH DIRIMU OLEH DIRI SENDIRI !

MENJADI PRINSIP PELATIHAN TARUNG DERAJAT

Dengan imajinasi, kreativitas dan keberanian moralnya, sosok pribadi anak bangsa bernama Achmad Dradjat membina diri, menempa fisik dan mental, menjawab tantangan dan memenuhi tuntutan hidup.

Serta membentuk jati diri sendiri secara mandiri dan tersendiri. Hal ini ditandai dengan menerapkannya nama julukan dengan panggilan AA BOXER. Nama panggilan AA BOXER melekat pada Achmad Dradjat setelah dirinya mampu dan berhasil menciptakan dan menerapkan suatu cara Pembelaan Diri karya ciptanya pada kehidupan sehari-hari dimana diperlukan dan penting melakukan suatu pembelaan diri demi memelihara diri dan membela kemanusiaan

KlinikTarung Derajat

KLINIK TARUNG DERAJAT.

EDISI 1: RABU, 23 MARET 2005

MENGENAL TARUNG DERAJAT.

AKU RAMAH BUKAN BERARTI TAKUT

AKU TUNDUK BUKAN BERATI TAKLUK.

SALAM PERSAUDARAAN, B O X !

Olahraga TARUNG DERAJAT merupakan Seni Ilmu Beladiri karya cipta seorang putra bangsa Indonesia, yaitu Guru Haji Achmaad Dradjat atau yang lebih dikenal dengan nama julukan Aa Boxer.

Daya cipta Olahraga Tarung Derajat adalah merupakan reaksi dan refleksi berbagai tekanan yang menyentuh pada Otot, Otak dan Nurani, seperti tindak kekerasan fisik, penganiayaan, perkelahian, pemerasan, penghinaan dan penguasaan hidup oleh manusia yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

Dari renungan pengalaman itu, mencuat pemikiran, perasaan dan keyakinan bahwa pada setiap tindak kekerasan, penganiayaan, perkelahian serta ilmu pembelaan diri ada suatu tindak gerakan fisik yang serupa, yaitu memukul, menendang, menangkis, membanting, menghindar dlsb. Gerakan-gerakan tersebut sesungguhnya adalah hak alamiah yang dimiliki setiap manusia sebagai kelengkapan hidup bawaan lahir yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada segenap mahluk hidup ciptaannya, misalnya Naluri, Insting, dan Garizah (suatu dorongan kuat yang tidak disadari untuk berbuat sesuatu dalam mempertahankan diri atau bertahan hidup).

Fikiran, Rasa dan Keyakinan yang didasari oleh hikmah pengalaman diatas serta karena melekatnya hasil didikan Akhlak budipekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan kedua orang tua dan tertanam secara terpelihara sejak masa kecil (hal tersebut adalah merupakan IMAJINASI), membangkitkan Tekad semangat serta Keinginan keras untuk menciptakan pola serta bentuk olah fisik yang tersendiri, khususnya didalam mengolah gerakan-gerakan pukulan, tendangan, tangkisan, hindaran, bantingan, kuncian, dan gerak bertahan menyerang lainnya yang Praktis dan Efektif dalam Mempertahankan dan Menahan Diri, dengan mengembangkan gerak-gerak Reflek alamiah secara Realistis dan Rasional (hal itu disebut KREATFITAS).

Semua itu dilatih secara Keras, Ulet dan Berdisiplin, dilaksanakan dengan terus menerus dan berkesinambungan, menegakkan aturan dan menjalani hukuman latihan yang dibuat sendiri secara Konsisten, Dinamis dan penuh rasa tanggung jawab dengan segala resiko dan konsekwensinya. Proses penempaan fisik-mental dan pengembangan pola gerak seluruh anggota badan dan bagian-bagiannya yang alamiah, pencarian tempat-tempat alami dan arena lainnya yang cocok guna menempa diri serta penggalian Teknik, Taktik dan Strategi serta metoda beladiri yang Akurat dan Bermanfaat, dilakukan dalam menghadapi dan mengatasi sekaligus menjawab tantangan hidup ditengah kerasnya arena kehidupan serta mampu membentengi diri dari perbuatan hidup yang tidak bertanggung jawab dan merusak tatanan kemanusiaan.

Hasil-hasil yang telah dikuasai secara bertahap namun pasti, dipraktekan dalam setiap kesempatan keseharian. Kemudian juga, diambil langkah-langkah tindakan strategis yang tersendiri dalam membandingkan dan mentandingkan dengan seni ilmu beladiri lain (itu adalah KEBERANIAN MORAL).

Seluruh rangkaian proses Penempaan diri itu diarahkan pada terciptanya suatu Seni Ilmu Olahraga Beladiri yang memiliki ciri khas dan kemandirian tersendiri yang realistis dan rasional, yaitu Ilmu Bela Diri Reaksi Cepat dengan garakan yang Praktis dan Efektif.

Imajinasi, Kreatifitas dan Keberanian Moral adalah merupakan modal utama dalam penyelenggaraan proses pembelajaran dan pemberlatihan Diri secara Mandiri (SORANGAN) atau disebut sebagai Konsep Pembinaan Moral dan Mental Guru Haji Achmad Dradjat (MORTAL GHADA), yaitu Lingkup kegiatan Penempaan Fisik dan Mental yang memanfaatkan daya gerak Otot, Otak serta Nurani dilakukan pada upaya menguasai dan menerapkan lima unsure daya gerak Moral Hidup, antara lain: Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian dan Keuletan. Pada Sistem Pertahanan dan Ketahanan diri yang agresif dan dinamis dalam bentuk Pukulan, Tendangan, Kibasan, Hindaran, Bantingan, Kuncian, serta teknik, taktik, dan strategi bertahan menyerang lainnya yang Praktis dan Efektif bagi suatu pembelaan diri.

Tarung Derajat dilahirkan sebagai suatu Seni Ilmu Olahraga Beladiri yang berdiri sendiri secara mandiri dengan memiliki Aliran dan wadah tersendiri, tidak berafiliasi kepada aliran dan organisasi beladiri lainnya, baik yang telah ada di Indonesia maupun yang berada diluar Negara Indonesia. Tarung Derajat juga tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari beladiri lain. Tarung Derajat muncul dipermukaan Kehidupan dengan asal usul, riwayat dan sumber tersendiri, yaitu: Digali dari Alam nan luas dengan segala aspek Kehidupannya, yang kemudian diangkat keatas permukaan kehidupan, sebagai hasil Pengalaman dan Renungan Hidup serta Perjuangan nan panjang ditengah kerasnya Kehidupan G.H.Achmad Dradjat alias Aa Boxer yang bersumber kepada Kebesaran dan Keagungan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai satu-satunya unsure pokok dalam membentuk Jati Diri Manusia dan jati diri sesuatu hal lainnya sesuai dengan kehendakNYA.

Keseluruhan proses itu, membentuk Tarung Derajat menjadi Seni Ilmu Olahraga Beladiri yang memiliki ciri khas dan kemandirian tersendiri yang Realistis dan Rasional, yaitu Sistem Pertahanan dan Ketahanan Diri Reaksi Cepat dengan gerakan Praktis dan Efetif. Keutuhan daripada Teknik, Taktik dan Strategi Pembelaan Diri karya cipta G.H.Achmad Dradjat ini mengkristal sebagai suatu “Seni Keperkasaan Moral dan Mental Manusia yang Berhakekat Manusia”. Tarung Derajat memanfaatkan senyawa daya gerak: Otot (alat untuk menggerakan anggota tubuh dan bagian-bagiannya), Otak (alat untuk berfikir), serta Nurani (alat untuk berperasaan), untuk digunakan terutama pada upaya pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan Hidup, seperti Menghindari tindak kekerasan yang tidak bermoral dan tidak pergaulan umum serta mencegah dan memulihkan penyakit Fisik dan Mental yang menumbuhkan kerusakan pada tatanan Kehidupan diatas muka bumi.

K E S I M P U L A N :

Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT adalah Logika dan Tindakan Moral yang memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani dalam pelajaran dan pelatihan gerak anggota badan beserta bagian-bagiannya, didalam lingkup proses penempaan fisik dan mental secara realistis dan rasional dalam rangka menguasai dan menerapkan lima unsure daya gerak moral, yaitu: Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian dan Keuletan. Pada system mempertahankan dan menahan diri yang agresif dan dinamis dalam bentuk gerakan Pukulan, Tendangan, Hindaran, Kibasan, Bantingan, Kuncian serta Teknik, Taktik dan Strategi bertahan menyerang lainnya yang praktis dan efektif bagi suatu pembelaan diri.

Senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani tersebut berasal dan diperoleh dari didikan akhlak budi pekerti dan ajaran agama yang diterapkan oleh kedua orang tua dan tertanam secara terpelihara sejak masa kecil, dari gerak reflek bawaan tubuh yang alami, dan hasil terapan pengalaman hidup yang dijalani secara totalitas berserah diri kepada Tuhan Sang Maha Pencipta Dan Maha Perkasa.

Sebelum senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani sampai dan melekat pada diri para penekunnya dan digunakan sebagai alat untuk mempertahankan dan menahan diri sendiri, haruslah difikirkan, dirasakan dan diyakini akan keamanan dan keampuhannya. Untuk menjamin hal itu senyawa tersebut harus melalui serangkaian proses uji tentang; Manfaat, daya serang dan daya tahan serta sifat fisik dan sifat mentalnya, sehingga dapat dibangun pola pendidikan dan latihannya serta bisa ditentukan bentuk teknik, taktik dan strategi Pembelaan Diri yang paling praktis dan efektif untuk diciptakan dan disebarluaskan pada arena kehidupan masyarakat luas, seperti Seni Keperkasaan Diri TARUNG DERAJAT.

Seorang penekun Tarung Derajat yang telah menguasai secara utuh diharapkan mampu mengembangkan diri lebih lanjut secara mandiri agar dapat berperan dalam menerapkan dan mengembangkan potensi diri, penuh prakarsa dan dedikasi serta mampu mengikuti perkembangan ilmu dan keilmuan dalam bidangnya dan menghadapi perubahan lingkungannya, bisa mengatasi kesulitan dan menjawab tatangan hidup yang berlandaskan pada Pokok-pokok Ajaran Tarung Derajat, sehingga pada saatnya atas gerak dari Sang Maha Pemilik dan Maha Penguasa Gerak Hidup yang tiada lain selain Tuhan Yang Maha Esa, akan mampu memelihara KEHIDUPAN secara Selamat dan Sehat, sebagaimana Kodratnya. Dan sesungguhnya Kehidupan itu pada hakekatnya adalah, merupakan interaksi antara: Manusia dengan Alam semesta, manusia dengan Lingkungannya, manusia dengan manusia lainnya atau Orang lain, manusia dengan dirinya sendiri serta manusia dengan Tuhannya.

- Manusia dengan Alam semesta ada kepentingan yang harus dipadukannya.

- Manusia dengan Lingkungannya ada hal yang harus diserasikannya.

- Manusia dengan Manusia lainnya ada perbedaan yang harus diluruskannya.

- Manusia dengan Dirinya sendiri ada hawa nafsu yang harus dikalahkannya.

- Manusia dengan Tuhannya ada jarak yang selalu harus didekatkannya.

Lima hal tersebut diatas tadi dengan segala kandungan khasiat dan rahasia nya, adalah merupakan bagian yang terpenting dan paling utama daripada isi Pokok-pokok Ajaran Tarung Derajat.

KLINIK TARUNG DERAJAT.

EDISI 2: RABU, 30 MARET 2005.

SEJARAH SINGKAT: JADIKANLAH DIRIMU OLEH DIRI SENDIRI.

Aku ramah bukan berarti takut,

Aku tunduk bukan berarti takluk.

Salam Persaudaraan, B O X !

Seni Ilmu Olah Raga TARUNG DERAJAT dideklarasikan kelahirannya dibumi persada Indonesia tercinta dikota Bandung pada tanggal 18 Juli 1972, oleh penciptanya yaitu seorang anak bangsa bernama Guru Haji Achmad Dradjat yang memiliki nama julukan dengan sebutan Aa Boxer, dan kini bergelar “SANG GURU TARUNG DERAJAT”.

Keberadaan Tarung Derajat tersebut, adalah identik dengan perjalanan dan perjuangan hidup G.H.Achmad Dradjat. Kemudian Kristalisasi nilai-nilai perjuangan hidup pribadinya itu menjadi nama dari Ilmu Pembalaan diri karya ciptanya, yaitu “TARUNG DRADJAT” (Tarung-Bertarung / Pertarungan adalah Berjuang / Perjuangan; Berperang / Peperangan; Berkelahi / Perkelahian, dan Dradjat atau Darajat adalah nama sendiri ialah Achmad Dradjat Darajat adalah bahasa daerah Sunda yang berarti “Berkah” yaitu: Karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan atau manfaat bagi kehidupan manusia). Semula Seni Tarung Derajat memiliki nama lengkap sebagai Beladiri AA BOXER (Beladiri Boxer) dengan nama keterangannya Metoda Beladiri Dradjat (Seni Tarung Dradjat), ditulis seperti “Ilmu Beladiri Aa Boxer-Metoda Beladiri Dradjat (Seni Tarung Dradjat) dan semua itu berkaitan dengan nama pribadi dan nama julukannya, ialah Achmad Dradjat alias Aa Boxer.

Perjuangan hidup G.H.Achmad Dradjat dimulai sejak kelahirannya di Garut tahun 1951, yang saat itu kampung kelahirannya sedang diserang oleh Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan Darul Islam (D.I) didaerah Jawa Barat. Kedua orang tua Sang Guru Tarung Derajat, yaitu Haji Adang Latif dan Hajah Mintarsih yang juga keduanya adalah merupakan anggota laskar Pejuang Kemerdekaan di daerah Garut dan kemudian pasca perang kemerdekaan H.Adang Latif terpilih menjadi POLISI ISTIMEWA, nilai-nilai keselamatan dan kesehatan perjuangan hidup tersebut melahirkan sebuah kata yang kemudian diterapkan menjadi nama anak laki-laki harapannya, yaitu DARADJAT atau DRADJAT yang nama lengkapnya, adalah ACHMAD DARADJAT.

Pada usia balita pindah ke kota Bandung mengikuti perjalanan dinas orang tuanya, bertempat tinggal di Tegallega suatu kawasan daerah yang keras dan sangat rawan dengan berbagai macam bentuk kejadian tindak kekerasan. Aa demikian Achmad Dradjat dipanggil dilingkungan keluarganya (Aa adalah panggilan kepada anak laki-laki yang lebih tua atau yang dituakan, berasal dari bahasa sunda) hidup dari lingkungan perjuangan yang keras kedua orang tuanya dan kini dibesarkan pada suatu lingkungan hidup keras lainnya, perkelahian antar kelompok remaja dan pemuda, pemerasan, perjudian, pelacuran, bahkan berbagai organisasi kemasyarakatan social, keagamaan dan politik banyak didapat disekitar kewilayahan tempat tinggalnya termasuk berbagai kegiatan olahraga.

Menyadari keadaan situasi dan kondisi lingkungan seperti itu kedua orang tuanya yang sangat taat beribadah Agama, mendidik dan mengajar Achmad Dradjat dengan dasar-dasar pendidikan Akhlak budipekerti dan pengajaran Agama yang diterapkan sejak masa kecil secara keras, ketat, terarah dan berdisiplin.

Dengan bekal ilmu kekuatan hidup diatas tadi, Aa yang sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak bola, beladiri, mendaki gunung dlsb, mulai memasuki lingkungan kehidupan keras selaras dengan aktifitas hidupnya semasa anak-anak dan keremajaannya yang agresif dan dinamis. Bagi Achmad Dradjat yang yang sejak anak-anak dianugerahi mempunyai postur tubuh yang lebih kecil bila dibanding dengan anak remaja lainnya yang berusia rata-rata sama, hidup pada lingkungan dan masyarakat heteorogin seperti itu memiliki tantangan tersendiri, namun demikian segala hal yang terjadi mampu diterima secara tulus dan iklas apa adanya sebagai sesuatu yang alamiah. Hal itu disebabkan selain adanya faktor kekuatan yang berasal dari hasil didikan Akhlak Budipekerti dan ajaran Agama, adalah juga kelebihan fisik nya yang pendek kecil tersebut terimbangi dan tertandingi dengan bawaan karakter atau sikap mentalnya yang Keras, Berani dan Ulet didalam menghadapi dan mejawab realita kehidupan sejalan dengan Kodratnya.

Arena hidup demikian, sifat keras, ulet dan pemberani serta hasrat ingin menolong teman yang dimilikinya, kerap membuat Achmad Dradjat mengalami berbagai tindak kekerasan fisik dan bermacam ancaman lainnya.

Perkelahian demi perkelahian harus ia lalui, walaupun lebih sering kalah daripada menang namun demikian dirinya tidak pernah jera apalagi kapok untuk berkelahi dimana perlu dan penting berkelahi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menegakan kehormatan dan membela kemanusiaan hingga pada usia 13 tahun, tindak kekerasan dan penganiayaan dan pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok manusia yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab dan dipimpin oleh seorang oknum alat Negara yang juga sebagai pimpinan dari sebuah perkumpulan beladiri, kejadian pengeroyokan itu nyaris merenggut jiwanya. Pada tindak pengeroyokan yang terjadi malam hari ditengah keramaian orang-orang yang hanya bisa jadi penonton itu tubuh kecil Achmad Dradjat dipaksa dan terpaksa harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup sampai dirinya tidak tahu lagi apa yang sedang dialaminya, dari kenyataan hidup tersebut kiranya hanya karena berkat Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang menghendaki anasib lain, sehingga Achmad Dradjat bisa terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.

Peristiwa penganiayaan lainnya dialami Achmad Dradjat, pada masa sedang berlatih suatu Ilmu Beladiri disebuah perkumpulan baladiri, saat itu dirinya dipaksa oleh seorang anggota senior yang berumur lebih tua dan berbadan jauh lebih besar. Dengan keterbatasan teknik sebagai anggota yang baru diperkumpulan beladiri tersebut Achmad Dradjat terpaksa harus melakukan perkelahian melawan yang berkemampuan teknik jauh lebih tinggi, seperti halnya masa terjadi pengeroyokan yang lalu dirinya harus mampu bertahan hidup menyelamatkan diri sendiri dari tindakan yang tidak manusiawi itu, walau kejadiannya terjadi disaksikan oleh para senior lainnya bahkan saat itu guru besar beladiri tersebut ada disekitar tempat latihan, namun mereka semua seolah tidak peduli dengan kejadian yang sedang berlangsung dan Achmad Dradjat pun kembali menikmati keadaan dirinya yang teraniaya, dengan beberapa bagian tubuh yang penuh luka memar serta tangisan emosional Achmad Dradjat terus melakukan perlawanan dengan caranya sendiri, dan kemudiaan cara pertahanan diri yang dilakukannya itu didalam proses penciptaan Tarung Derajat dikenal sebagai salah satu prinsip teknik, taktik dan strategi ilmu pembelaan diri Tarung Derajat, yaitu “ Bertahan Menyerang , Menyerang Mematikan”, seperti Mengalahkan lawan dengan cara Menahan diri.

Renungan Pengalaman hidup yang pahit dan diderita dengan sabar dan tawakal serta totalitas berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, melahirkan Pemikiran yang terang, menumbuhkan Perasaan yang lapang dan membangkitkan Keyakinan dengan ketetapan Hati yang mantap. Dari Imajinasi tersebut tersebut mencuat suatu Kreatifitas bahwa pada setiap tindak kekerasan, perkelahian, penganiayaan dan ilmu beladiri yang dilakukan dan menyentuh pada daya gerak otot, otak serta nurani, ada suatu tindak gerak fisik yang serupa, antara lain yaitu memukul, menendang, mengelak, menangkis, membanting, mengunci dlsb. Gerakan tersebut adalah sebagai Hak alamiah yang dimiliki setiap manusia.


Data Satlat

DATA SATLAT

KELUARGA OLAHRAGA TARUNG DERAJAT

WILAYAH PENGPROV JAWA BARAT

  1. SATLAT-SATLAT DI KOTA BANDUNG
  2. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN BANDUNG
  3. SATLAT-SATLAT DI KOTA CIMAHI
  4. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
  5. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN SUMEDANG
  6. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN CIANJUR
  7. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN BOGOR
  8. SATLAT-SATLAT DI KOTA BOGOR
  9. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN SUKABUMI
  10. SATLAT-SATLAT DI KOTA SUKABUMI
  11. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN BEKASI
  12. SATLAT-SATLAT DI KOTA BEKASI
  13. SATLAT-SATLAT DI KOTA DEPOK
  14. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN GARUT
  15. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA
  16. SATLAT-SATLAT DI KOTA TASIKMALAYA
  17. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN CIAMIS
  18. SATLAT-SATLAT DI KOTA BANJAR
  19. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN MAJALENGKA
  20. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN CIREBON
  21. SATLAT-SATLAT DI KOTA CIREBON
  22. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN INDRAMAYU
  23. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN PURWAKARTA
  24. SATLAT-SATLAT DI KABUPATEN KARAWANG

Data Base Kejuaraan

DATA BASE KEJUARAAN-KEJUARAAN NASIONAL

  1. KEJURNAS I – 1988 / AA BOXER CUP I – 1998

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 36 Petarung dari 4 daerah Provinsi : Jawa Barat, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Bali.

  1. KEJURNAS II – 1990 / AA BOXER CUP II – 1990

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 48 Petarung dari 5 daerah Provinsi : Jawa Barat, jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Bali.

  1. KEJURNAS III – 1992 / AA BOXER CUP III – 1992

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 59 Petarung dari 8 daerah Provinsi : Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan Barat.

  1. KEJURNAS IV – 1995 / AA BOXER CUP IV – 1995

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 200 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali

Catatan Informasi : Setelah Kejurnas IV – 1995 / AA BOXER CUP IV – 1995, terus diadakan pembenahan seleksi peserta kejuaraan berikutnya, baik seleksi tekhnik, kesehatan maupun administrasi, sehingga terjadi penurunan jumlah peserta pada kejurnas-kejurnas berikutnya

  1. KEJURNAS V – 1996 / AA BOXER CUP V – 1996

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 130 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali

  1. KEJURNAS VI – 1996 / AA BOXER CUP VI – 1996

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 126 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali

  1. KEJURNAS VII – 2000 / EKSIBISI PON XV – 2000 JAWA TIMUR

Bertempat di Sidoarjo – Jawa Timur pada Tanggal 27 – 28 Juni 2000, Jumlah peserta 105 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali.

  1. KEJURNAS VIII – 2002 PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

Bertempat di Palembang, Tanggal 26 – 27 Oktober 2002, Jumlah peserta 130 Petarung dari 16 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali.

  1. KEJURNAS IX – 2003 / PRA-PON XVI – 2004

Bertempat di Bandung, Tanggal 27 – 28 Desember 2003, Jumlah peserta 130 Petarung dari 18 Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali.

  1. PON XVI – 2004 SUMATERA SELATAN

Digelar di Hall Unsri Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Bulan September 2004, Jumlah peserta 81 Petarung dari 18 Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali.

  1. KEJURNAS TARUNG DERAJAT X – 2005 – BANK NISP

Bertempat di Jakarta, Tanggal 16 – 18 Desember 2005, Jumlah Peserta 227 orang dari 19 daerah Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali.

  1. KEJURNAS TARUNG DERAJAT PIALA PRESIDEN R.I. TAHUN 2006

Bertempat di Istora Senayan Jakarta, Tanggal 1 – 3 Desember 2006, Jumlah Peserta 263 Atlet Petarung dan Seni Gerak, dari 22 daerah Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali, Maluku, Papua

  1. KEJUARAAN TARUNG DERAJAT PRA-PON XVII – KALTIM 2008

Bertempat di Bandung, Tanggal 3 – 5 Agustus 2007, Jumlah Peserta 227 Atlet Petarung dan Seni gerak, dari 18 daerah Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali.

HASIL PERTANDINGAN :

    1. TARUNG BEBAS PUTRA
    2. TARUNG BEBAS PUTRI
    3. SENI GERAK
    4. DAFTAR PEROLEHAN MEDALI
    5. PESERTA LOLOS KE PON XVII – KALTIM 2008